1. Primary Amebic Meningoencephalitis
Primary amebic meningoencephalitis jarang terjadi, biasanya infeksi yang fatal pada sistem saraf pusat (otak dan saraf tulang belakang) yang disebabkan oleh Naegleria fowleri.
Amuba yang menyebabkan infeksi ini hidup di air yang segar, seringkali pada air yangmenggenang di seluruh dunia. Waktu orang, biasanya anak-anak atau orang dewasa muda, berenang di air tercemar, amuba bisa memasuki sistem saraf pusat lewat membran lendir hidung. Kalau mereka mencapai otak, mereka menyebabkan radang, kematian jaringan, dan pendarahan.
Gejala mulai dalam 1 sampai 2 minggu. Kadang-kadang gejala pertama adalah perubahan dalam membaui atau mengecapa. Kemudian, orang mengalami sakit kepala, leher kaku, sensitivitas terhadap cahaya, mual, dan muntah. Mereka mungkin menjadi bingung dan mengantuk dan mungkin mengalami seizures. Infeksi bisa berkembang secara cepat, menyebabkan kematian dalam 10 hari.
Dokter mencurigai infeksi pada orang yang mempunyai gejala dan sudah berenang baru-baru ini di air alam, tetapi diagnosa sulit untuk dikonfirmasi. Ketukan tulang belakang (injeksi lumbar) dilakukan untuk mendapatkan sampel cairan cerebrospinal. Tes ini bisa meniadakan penyebab infeksi radang selaput dan otak lain, tetapi dokter tidak selalu dapat menemukan amuba pada sampel.
Karena sedikit orang yang dapat bertahan, menentukan pengobatan terbaik menjadi sulit. Sedikit obat anti jamur dan antibiotika dapat menolong. Amphotericin B dapat disuntikkan ke dalam vena (dengan infus) atau ke dalam ruang di sekitar kanal tulang belakang (secara intrathecal). Kadang-kadang miconazole, rifampin, atau sulfisoxazole, diberikan secara oral, juga diberi. Miconazole dapat diberikan secara intrathecal.
2. Granulomatous Amebic Encephalitis
Radang otak Granulomatous amebic adalah infeksi sistem saraf pusat yang fatal yang disebabkan oleh spesies Acanthamoeba yang langka atau Balamuthia mandrillaris. Biasanya terjadi pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang melemah atau kesehatannya buruk.
Amuba yang menyebabkan infeksi ini tinggal di air, tanah, dan debu di seluruh dunia. Banyak orang terpapar, tetapi sedikit yang terinfeksi. Biasanya terjadi pada orang yang sistem imunitasnya melemah atau kesehatanny secara umum buruk. Amuba mungkin masuk lewat kulit atau paru-paru dan menjalar ke otak lewat aliran darah.
Gejala mulai secara perlahan. Orang mungkin mengalami demam dengan tingkat yang rendah, pandangan kabur, berubah kepribadian, dan bermasalah dengan berbicara, koordinasi, atau pandangan. Satu sisi badan atau muka mungkin menjadi lumpuh. Luka mungkin timbul di kulit. Sakit kepala dan pusing biasa terjadi. Kebanyakan orang terinfeksi meninggal, biasanya 7 sampai 120 hari sesudah gejala dimulai.
Computed tomography (CT) scan dan ketukan tulang belakang biasanya dilakukan. Tes ini menolong meniadakan penyebab lainnya tetapi biasanya tidak bisa memperkuat diagnosa. Luka biasanya berisi amuba dan, jika ada, dilakuakn biopsi. Diagnosa sering dibuat setelah kematian.
Beberapa antifungal obat dan antibiotika dapat digunakan. Dibromopropamidine, pentamidine, atau propamidine nampaknya paling berguna. Yang lain termasuk amphotericin B, fluorocytosine, itraconazole, ketoconazole, miconazole, neomycin, paromomycin, atau trimethoprim-sulfamethoxazole
3. Amebic Keratitis
Amebic keratitis adalah infeksi kornea yang disebabkan oleh spesies Acanthamoeba. Biasanya terjadi pada orang yang memakai lensa kontak.
Amebic keratitis mungkin secara progresif merusak. Kebanyakan (85%) orang ditulari memakai lensa kontak. Infeksi lebih mungkin terjadi jika lensa dipakai selama berenang atau jika cairan pembersih lensa yang digunakan tidak steril. Beberapa infeksi timbul sesudah kornea terkikis.
Biasanya, luka nyeri timbul di kornea. Gejala termasuk mata kemerahan, produksi air mata berlebihan, sensasi adanya benda asing, dan rasa sakit kalau mata terkena cahaya terang. Penglihatan biasanya rusak.
Untuk diagnosa dokter mengambil sample dari kornea.
Awalnya, infeksi yang tidak serius bisa diobati lebih mudah. Jika luka tidak serius, dokter menggunakan alat dengan ujung kapas kapas untuk menyingkirkan sel yang terinfeksi dan rusak. Kombinasi dari dua atau lebih obat antimikroba, seperti polyhexamethylene biguanide (dulu digunakan sebagai desinfekstan kontak lensa) ditambah propamidine (digunakan secara topikal/dioleskan), yang paling baik bekerjanya. Mereka digunakan sekali sejam untuk 3 hari pertama.
Obat lain digunakan secara topikal (seperti obat anti jamur clotrimazole atau fluconazole atau antibiotika chlorhexidine) kadang-kadang juga digunakan. Fluconazole atau itraconazole dapat diminum, khususnya jika infeksi hebat. Pengobatan intensif pada bulan pertama, lalu lambat laun berkurang sewaktu penyembuhan terjadi. Pengobatan sering dilakukan 6 sampai 12 bulan. Jika pengobatan dihentikan terlalu cepat, infeksi mungkin berulang. Pembedahan untuk memperbaiki kornea (keratoplasty) jarang diperlukan kecuali kalau diagnosa dan pengobatan terlambat.
Source:http://www.terapisehat.com/2010/09/infeksi-amuba-yang-hidup-bebas.html
No comments:
Post a Comment