Info-Kesehatan: Teh Bukanlah Terapi Utama Jinakkan Kolesterol

SEMAKIN tinggi kandungan kolesterol yang ada di tubuh, semakin tinggi risiko seseorang terkena penyakit jantung. Tak heran, kolesterol sangat ditakuti banyak orang. Terutama bagi mereka yang memiliki kolesterol jahat atau low density lipoprotein (LDL) jauh lebih tinggi dari kandungan kolesterol baik atau high density lipoprotein (HDL).

Saptawati Bardosono, Dokter Gizi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia bilang, kadar kolesterol total darah yang aman, lebih kecil dari 200 mg/dL, kadar kolesterol LDL kurang dari 130 mg/dL, kadar kolesterol HDL lebih besar dari 40 mg/dL, dan kadar trigliserida darah kurang dari 150 mg/dL. Kalau sudah melebihi patokan ini, artinya kita sudah pada tahapan berbahaya dari ancaman penyakit jantung.

Nah, kalau sudah memasuki tahap berbahaya, orang baru mulai sibuk mencari jalan menurunkan kolesterolnya. Mulai dari rajin chek up ke dokter hingga menggunakan altematif pengobatan lainnya.

Salah satunya, rajin mengkonsumsi teh bakar dan teh rosella. Padahal, khasiat kedua jenis teh tersebut dalam menurunkan kolesterol behim teruji secara ilmiah oleh para ahli atau oleh para dokter.

"Teh itu hanya sebagai suportive theraphy, artinya hanya sebagai terapi pendukung untuk menurunkan kolesterol, bukan terapi utama," kata Dokter Gizi dari Klinik Hang Lekiu, Inayah Budiasti. Terapi utama adalah pola makan yang tepat dan tak mengandung kolesterol. Inayah melanjutkan, pada daun teh terdapat serat yang bisa menurunkan kadar kolesterol. Serat tersebut mengandung senyawa kirnia flavonoid, polifenol, dan katekin yang berperan sebagai antioksidan.

Namun, dalam proses pembuatan teh seringkali menghilangkan atau merusak zat-zat penting dalam teh. Kalau dalam proses pembakaran, serat yang ada pada daun teh tak rusak atau tak bersentuhan langsung dengan api, berarti antioksidannya masih utuh. Antioksidan inilah yang berfungsi mencegah penyumbatan pembuluh darah. "Tapi, proses pembakaran bisa juga menyebabkan pengurangan senyawa katekin," imbuh Dosen Gizi dari IPB Ali Khomsan.

Berbeda dengan proses pembakaran, dalam proses pembuatan teh hijau yang melalui proses fermentasi, maka kandungan katekinnya paling tinggi. Hal ini berlaku untuk semua jenis teh mulai dari teh bakar, teh hijau, dan juga teh rosella. Sepaham dengan Inayah, dokter keluarga dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Muchtaruddin Mansyur menyatakan, untuk menurunkan kolesterol perlu menjaga pola makan dan olahraga yang cukup.

Jika kandungan kolesterol dalam tubuh sudah terlalu tinggi, perlu dibantu obat-obatan dan diikuti dengan pengaturan pola makan, olahraga teratur, berhenti merokok dan menyetop konsumsi alkohol. (Tunggul Joko Pamungkas)

Sumber : KONTAN, Kompas,Rabu, 15 Oktober 2008)

Source:http://www.terapisehat.com/2010/12/teh-bukanlah-terapi-utama-jinakkan.html

No comments:

Post a Comment